Jumat, 15 Mei 2009

when the first step leads me to the second, third, .....etc


Matahari sedang bersemangat, udara yang sudah tercemar menjadi bumbu penyedap di siang itu, dan lengkap sudah hari. Laki-laki berjalan pulang di siang terik itu, sendirian, menggendong tas ransel hitamnya. Sendirian saja, berjalan dengan langkah lelah. Sesekali, tatapannya hanyalah tanah kering dan kerikil jalanan dari aspal yang sudah remuk. Matanya menyipit setiap kali menengadahkan pandangannya kedepan, melihat orang-orang yang berjalan dan berlalu dihadapannya. Sesekali, hanya ada dia, sendirian saja, di jalan yang biasa ia lalui itu, di bawah panas mentari. Sendirian saja.
“Pai..!!” seorang gadis berkerudung memanggil laki-laki dari belakang. Gadis itu tinggi dan sedikit kurus. Dia berlari kecil kearah laki-laki yang dipanggilnya Pai, laki-laki itu menoleh ke belakang saat dia memanggil namanya, dan menghentikan langkahnya. Mereka saling melemparkan senyuman. Merasa lega telah saling menemukan, mungkin, atau merasa lega karena ada teman-berjalan-bersama yang bisa melesapkan udara yang panas itu. Dan sepertinya perjalanan itu pun jadi tidak begitu membosankan lagi bagi Pai.
Dari jauh terdengar suara adzan berkejaran dari masjid ke masjid, dan Pai mulai membuka pembicaraan.
“Ra, kamu ngerasa panas banget gak hari ini?” kata Pai sambil membenarkan letak gendongan ranselnya.
“iya, bener, panas banget. Jadi haus, mulut ampe kering nih”, sambung gadis itu.
“wah…masa sih, ra? Baru ngedenger suara adzan aja udah kepanasan? jangan-jangan kamu….”
Gadis itu melotot kearah Pai, sambil memukul pundaknya. “uuuh…enak aja, emangnya aku setan!!?”
Pai tertawa, gadis itu pun tertawa, mereka tertawa, dan panas mentari hari itu pun terlupakan.

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...