Minggu, 31 Mei 2009

my reflection


Aku jatuh cinta pada cuaca seperti ini;
langit yang pucat, angin yang mengajak dedaunan menari berirama, kadang cepat, kadang lambat,
aspal yang basah, gerimis yang menetes ragu-ragu,

seperti melihat bayanganku sekarang.

Mei

Rain drops falling on wood
Sudah penghujung Mei,
tapi hujan tak mau pergi.
Sudah penghujung Mei,
dan kau pun masih disini.

Rabu, 27 Mei 2009

Teduh



Aku suka senja.
Aku suka melihat warna matahari tenggelam.
Aku suka sinar yang membias di langit.
Aku suka cahayanya yang menembus awan-awan.
Aku suka langit sore ini. Saat matahari tenggelam diiringi adzan yang berkumandang.
Aku suka warna pantulan cahayanya.
Teduh.

Kamis, 21 Mei 2009

10:20 pm

Dan Jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja),
tetapi Dia menyesatkan siapa yang dikehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.
Tetapi kamu pasti ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.
(an-Nahl:93)


..................
Rabb, semoga Kau memberikan petunjuk dan hidayahMu bagi mereka yang sedang lupa,
walau aku tidak lain adalah salah satunya.
Rapalan zikir, sembahyang lima waktu, mengaji, pernahkah aku melupakannya?
sayangnya iya, melupakanMu begitu sering.
maafkan aku, ya!!

hanya kau lah Dzat yang-Tak-Pernah-Lupa!!

Rabu, 20 Mei 2009

untuk yang jauh di ujung sana,

saya mungkin bukan siapa-siapa lagi buat kamu, tapi saya berharap kamu membaca tulisan ini. Saya menulis ini buat kamu yang pernah (mungkin masih) begitu berarti dalam hidup saya, untuk sekedar menunjukkan bahwa saya peduli dan masih menyayangi walau begitu banyak benteng pembeda diantara kita yang menjaraki kita jutaan kilometer jauhnya.
..........
yang saya tahu, kamu sama seperti saya, hingga tidak ada alasan saya untuk ragu dan takut orang lain mempengaruhimu, dan hingga saat ini pun saya masih percaya bahwa kita sama walau kamu katakan, dalam e-mail yang kamu kirimkan untuk saya tempo hari, bahwa kita berbeda.
bukankah saya mengenalmu sejak lama? kita mengobrol setiap hari, saling menanyakan kabar, membahas semua aktifitas yang kita jalani seharian dan bercanda gurau demi menghilankan penat dan rasa lelah. Dari cerita-cerita itu, kita berbagi banyak hal, saling mengenal satu sama lain, dan saya percaya saya mengenal kamu sudah lebih dari cukup untuk mengetahui bahwa kita memang sama. Lalu, kenapa tiba-tiba kamu katakan kita ini berbeda?
Saya sedih, kau menghianati saya, menghianati kami semua, menghianati Dia. Apakah benar pikiranmu sedangkal itu, sayang? saya tidak percaya. Cintamu kepadanya mengalahkan cintamu kepada Dia...saya sedih, karena kita jadi begitu berbeda.
Hanya do'a dan sepenuh hati menyayangimu yang bisa saya berikan,
semoga Dia mengampuni dan memberi hidayah bagimu yang telah hijrah dari jalanNya.
Amin.



pict from here

Sabtu, 16 Mei 2009

When I die...


when my coffin
is being taken out
you must never think
i am missing this world

don't shed any tears
don't lament or
feel sorry
i'm not falling
into a monster's abyss

when you see
my corpse is being carried
don't cry for my leaving
i'm not leaving
i'm arriving at eternal love

when you leave me
in the grave
don't say goodbye
remember a grave is
only a curtain
for the paradise behind

you'll only see me
descending into a grave
now watch me rise
how can there be an end
when the sun sets or
the moon goes down

it looks like the end
it seems like a sunset
but in reality it is a dawn
when the grave locks you up
that is when your soul is freed

have you ever seen
a seed fallen to earth
not rise with a new life
why should you doubt the rise
of a seed named human

have you ever seen
a bucket lowered into a well
coming back empty
why lament for a soul
when it can come back
like Joseph from the well

when for the last time
you close your mouth
your words and soul
will belong to the world of
no place no time






~RUMI, ghazal number 911,
translated May 18, 1992,
by Nader Khalili.

Jumat, 15 Mei 2009

de.ja.vu.


………….
Aku ingin sekali mengeluarkan semua yang beradu pendapat di otakku ini. Aku lelah. Aku lelah. Sungguh. Salah satu ingin marah, ingin berontak, ingin begitu membeci. Satu yang lainnya, ingin bertahan, ingin masih menitipkan harapan pada embun pagi, ingin begitu ingin menjadi saksi doanya telah terkabul.
Dan aku, yang jadi penentu atas semua keputusan dalam diriku sendiri tidak mampu memutuskan apapun. Tidak tahu mana yang harus dan mana yang tidak. Aku bingung. Aku ada diantara harapan dan putus asa. Apa yang harus kubuat?
………..

I'm the cat that walks alone.


Ketika cintamu pergi
Aku pikir, aku bisa
Jalani semua sendiri
Tapi ternyata ini beda,
Aku pikir aku bisa lupakanmu
semudah aku jatuh cinta padamu.

Bagaimana lagi harus ku kumpulkan serpihan hatiku? Karena hatiku hancur tidak berkeping-keping, tapi melebur, meng-abu. Beritahu aku bagaimana?

Aah..sudahlah, merapal zikir saja

an irrevocable will

Hujan pun turun,
ia menengadah,
dan tetes-tetes hujan malam itu terasa tetes-tetes jarum menghujam kulitnya,
menembus langsung melewati aliran darah dan ikut terpompa masuk ke dalam bilik-bilik jantungnya,
perih,
ia meringis,
menangis.


That's the first time I saw him crying, under the rain.

when the first step leads me to the second, third, .....etc


Matahari sedang bersemangat, udara yang sudah tercemar menjadi bumbu penyedap di siang itu, dan lengkap sudah hari. Laki-laki berjalan pulang di siang terik itu, sendirian, menggendong tas ransel hitamnya. Sendirian saja, berjalan dengan langkah lelah. Sesekali, tatapannya hanyalah tanah kering dan kerikil jalanan dari aspal yang sudah remuk. Matanya menyipit setiap kali menengadahkan pandangannya kedepan, melihat orang-orang yang berjalan dan berlalu dihadapannya. Sesekali, hanya ada dia, sendirian saja, di jalan yang biasa ia lalui itu, di bawah panas mentari. Sendirian saja.
“Pai..!!” seorang gadis berkerudung memanggil laki-laki dari belakang. Gadis itu tinggi dan sedikit kurus. Dia berlari kecil kearah laki-laki yang dipanggilnya Pai, laki-laki itu menoleh ke belakang saat dia memanggil namanya, dan menghentikan langkahnya. Mereka saling melemparkan senyuman. Merasa lega telah saling menemukan, mungkin, atau merasa lega karena ada teman-berjalan-bersama yang bisa melesapkan udara yang panas itu. Dan sepertinya perjalanan itu pun jadi tidak begitu membosankan lagi bagi Pai.
Dari jauh terdengar suara adzan berkejaran dari masjid ke masjid, dan Pai mulai membuka pembicaraan.
“Ra, kamu ngerasa panas banget gak hari ini?” kata Pai sambil membenarkan letak gendongan ranselnya.
“iya, bener, panas banget. Jadi haus, mulut ampe kering nih”, sambung gadis itu.
“wah…masa sih, ra? Baru ngedenger suara adzan aja udah kepanasan? jangan-jangan kamu….”
Gadis itu melotot kearah Pai, sambil memukul pundaknya. “uuuh…enak aja, emangnya aku setan!!?”
Pai tertawa, gadis itu pun tertawa, mereka tertawa, dan panas mentari hari itu pun terlupakan.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...