Awan-awan berarak perlahan beriringan membentuk pola-pola unik yang kutebak-tebak sendiri akan jadi apa. Mereka bergerak mengikut kearah angin meniupnya. Warna putihnya membaur bersama luasnya biru langit pagi itu.
Aku duduk berhadapan dengan jendela besar diruang tamu rumahku, dari sini aku bisa melihat bahwa Bandung benar-benar dikelilingi pegunungan, dan ketika malam menjemput bintang-bintang dilangit agar tidak kesepian, aku pun bisa melihat bahwa kota ini tidak mau kalah menerangi malam dengan kerlipan indah nyala lampu-lampunya di pelosok kota yang serupa permata dari atas bukit sini. dan,
disebelahku, kau tahu ada siapa?
tidak tahu?
janji tidak akan menyindirku kalau ku beri tahu?
baiklah
disebelahku, ada pangeran berkuda putihku yang baik hati :D
lalu dia membuyarkan sejenak perhatianku.
-lihat, disebelah sana,perhatikan awannya, sepertinya mulai mendung-
kemudian, tidak butuh waktu lama untuk membuat awan-awan putih itu meng-abu dan akhirnya hujan pun turun perlahan membasahi sebagian kota diujung sana.
dari sini, dari tempat kami duduk bersebelahan,kami bisa melihat bedanya cuaca dalam satu kota. Menarik.
Lalu aku tiba-tiba teringat satu hal yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan semua yang kuceritakan ini.
-bukankah kita satu sekolahan sejak kecil? lalu, kenapa aku tidak ingat wajahmu saat kecil dulu?-
ya, ternyata, nyatanya, cinta memang tidak jatuh jauh-jauh :D