Kamis, 24 Juli 2008

My beloved Grandpa!


Assalamu'alaikuum.... Bagaimana kabarmu, ki? Nyaman disana? Mudah-mudahan tempatmu disana terang dan luas yah!
Kemarin aku satu angkot dengan seorang kakek, yang aku yakin dia pasti seusia denganmu, ki. Kakek itu memakai kemeja putih dan jas hitam. Dengan peci hitam yang dikenakannya, dia terlihat seperti Pak Penghulu, ki...hehe...
Dia begitu renta, berjalan menaiki angkot pun dia sudah terengah-engah, dan....dia sendirian, tak ada yang menemani kakek renta itu.
Aku perhatikan dia hingga dia benar-benar bisa nyaman dengan duduk nya. Kulihat kakinya berlumuran lumpur.
Kakek...sudah darimana saja kau hingga kaki mu kotor seperti itu? bisikku dalam hati.
Dia mengingatkan aku padamu, ki. Seketika saja, aku menangis. Aku merindukanmu, ki....
Aku rindu candaanmu, aku rindu senyumanmu.
Aku rindu....
Cinta itu memang benar terasa seperti udara. Kita tidak pernah tahu betapa berartinya ia setelah kita kehilangannya....
Aku teringat begitu sedih saat itu, saat aku datang menjengukmu di rumah sakit, dan kau menanyakan siapa aku. Betapa aku menyesali banyak waktu yang tak sempat terlewati denganmu hingga kau lupakan aku. Maaf.... Aku tak ada saat kau sakit.
Aku berencana menemuimu jumat itu, karena kau datang dalam mimpiku. Aku pikir, kau pasti senang melihatku walau kau lupa. Tapi mimpi itu nyatanya seperti sebuah salam terakhir darimu, Tuhan menginginkan lain. Aku memang menemuimu, menemui tubuh renta yang kaku dan dingin karena telah habis nafasnya digerogoti waktu. Tak sempat kulihat wajahmu untuk terakhir kalinya karena kain putih itu telah kau kenakan. Aku hanya bisa menangis di dalam kamarmu yang kecil dan sempit, memandangimu dari balik pintu, memandangi semua orang yang wajahnya merah memanas karena menangisi kepergianmu.
Kini, tak ada lagi sosok hangatmu yang kucium tangannya saat aku datang ke rumahmu. Kini, hanya ada seorang perempuan super hebat dan tangguh yang telah setia menemanimu hingga terpisahkan maut. Dia ada bersamamu dalam suka dan duka, susah dan senang, serta sehat dan sakit. Dia begitu bersahaja, dan aku mengaguminya, Abu. Aku yakin, dulu kau jatuh cinta padanya karena dia begitu sabar adanya, iya kan ki?
Ki, maafkan aku, yah!

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...