"salah satu alasan Tuhan menciptakan waktu adalah agar ada tempat untuk mengubur kegagalan dimasa lalu" -James Long-
Rabu, 27 Agustus 2008
Life's changing.
Aku menatap kosong langit mendung siang ini dan berharap bisa menemukan jawaban diantara padatnya gumpalan awan-awan pucat itu.
dan lama......
Apa masih ada pintu kebahagiaan untukku? Kalau pun itu ada, apakah aku kan temukan kunci untuk membukanya? Apakah membukanya akan semudah seperti orang-orang lain yang telah menemukannya lebih awal?
Aku tidak tahu.
Sepertinya, pintu itu terus menjauhiku. Dia mempermainkan aku. Kadang dekat dan tak terkunci hingga aku bisa hampir dengan mudah memasukinya, tapi seketika dia bisa begitu jauh bahkan tersembunyi, aku pun tertinggal sendiri tanpa pintu apapun disekelilingku, hanya sendiri dalam kosong.
Sejenak lalu,
riang, tanpa beban;
tenang, penuh harapan;
sejenak kemudian,
kesal, marah;
muak, pasrah;
why is life changing so easily?
Minggu, 24 Agustus 2008
15 Agustus 2008 lalu
Langit Bandung sepi! Lagi-lagi mendung melahap bintang-bintang itu, dan bulan yang kemarin hampir terlupakan pun dibuat muram olehnya.
Hari itu. Sepertinya... Aku pernah mengalaminya.
Situasi persis seperti itu, dimana hujan, angin dan petir jadi satu.
Langit sepertinya marah.
Entahlah...Tapi kurasa, suasana seperti itu adalah refleksi cuaca hatiku hari itu.
Aku menangis saat itu. Menangisi kedatanganmu yang lagi-lagi,
tak jadi.
Aku tidak ingin menangis, sebenarnya, tapi aku sungguh tak kuasa menahan bulir air mata pertamaku. Setetes mengalir. Kemudian bertetes-tetes, menganak mengikuti lekukan pipiku, dan.... jatuh.
Aku menangis...dan aku biarkan diriku tenggelam dalam isakan yang tersembunyi, sunyi.
Bagiku saat itu, menangis adalah obat penyembuh ampuh.
Langit pun seolah merasakan kesedihanku. Ia hitam dan menggumpal. Marah.
Saat tak sanggup lagi menahan amarah, meledaklah tangisan langit menjadi tetes-tetes deras, dan gelegar dalam guratan kilat menakuti semua orang, bahkan sanggup menghancurkan kokohnya beringin. Ia marah. Marahnya merontokkan dedaunan, menghempaskan atap-atap seng dan melontarkan yang lemah dan rapuh semakin jauh dan terjatuh dalam keasingan.
Dan, langit yang marah membiaskan tangisku hari itu.
Kemudian, saat amarah langit mereda, akupun lega. Menangis bersama langit yang sedang marah.
Masih,
menantimu dalam batas yang tak jelas.
Hari itu. Sepertinya... Aku pernah mengalaminya.
Situasi persis seperti itu, dimana hujan, angin dan petir jadi satu.
Langit sepertinya marah.
Entahlah...Tapi kurasa, suasana seperti itu adalah refleksi cuaca hatiku hari itu.
Aku menangis saat itu. Menangisi kedatanganmu yang lagi-lagi,
tak jadi.
Aku tidak ingin menangis, sebenarnya, tapi aku sungguh tak kuasa menahan bulir air mata pertamaku. Setetes mengalir. Kemudian bertetes-tetes, menganak mengikuti lekukan pipiku, dan.... jatuh.
Aku menangis...dan aku biarkan diriku tenggelam dalam isakan yang tersembunyi, sunyi.
Bagiku saat itu, menangis adalah obat penyembuh ampuh.
Langit pun seolah merasakan kesedihanku. Ia hitam dan menggumpal. Marah.
Saat tak sanggup lagi menahan amarah, meledaklah tangisan langit menjadi tetes-tetes deras, dan gelegar dalam guratan kilat menakuti semua orang, bahkan sanggup menghancurkan kokohnya beringin. Ia marah. Marahnya merontokkan dedaunan, menghempaskan atap-atap seng dan melontarkan yang lemah dan rapuh semakin jauh dan terjatuh dalam keasingan.
Dan, langit yang marah membiaskan tangisku hari itu.
Kemudian, saat amarah langit mereda, akupun lega. Menangis bersama langit yang sedang marah.
Masih,
menantimu dalam batas yang tak jelas.
Rabu, 20 Agustus 2008
Aku tidak mengerti laki-laki.
Mereka bilang perempuan itu memusingkan, aneh, penuh misteri dan teka-teki. Tapi, kenyataannya, sama saja, malah laki-laki lah yang lebih memusingkan, aneh, penuh misteri dan teka-teki.
Aku tidak mengerti, apa mereka bodoh atau hanya pura-pura bodoh? Apa mereka tidak tahu bagaimana memperlakukan perempuan?
Ooh Goshhhhh.....
Perempuan itu adalah perhiasan di dunia ini. Dicari banyak laki-laki, bahkan sering diperebutkan. Tapi perempuan adalah perhiasan yang fragile, rapuh. Mereka makhluk terapuh yang pernah ada. Walau kadang mereka bersikap seolah-olah mereka tangguh, tegar, kuat dan tak tersakiti, tapi jangan tertipu, karena itu salah. Mereka bersikap seperti itu karena mereka rapuh tapi tak ingin dikasihani, hanya ingin dimengerti.
Maka perlakukanlah mereka dengan hati-hati, karena mereka perempuan,
begitupun aku, juga ibumu.
Lupakah kalian, laki-laki, bahwa kalian dilahirkan dari rahim seorang ibu?
Kau tahu, saat kau mulai dewasa dan mengenal perempuan lain selain ibumu,
saat kau berani sentuh hati lembut seorang perempuan dengan tangan kasarmu,
saat kau berani menggenggam tangannya terbang ke langit melihat luasnya dunia dan bersenang-senang menikmatinya,
saat itu lah harusnya kau tahu bahwa memperlakukan hati perempuan sama seperti memperlakukan sebuah kotak kaca berisi perhiasan berharga. Jaga ia jangan sampai dilepas dari genggamanmu, karena sekalinya kau lepas genggaman itu, hancur lah hatinya. Hancur lah hati perempuan. Hancur lah hati ibumu. Karena hati adalah bagian yang sangat peka pada perempuan.
Jika harus dianalogikan lagi, perempuan itu seperti uang kertas. Uang kertas tidak boleh robek, karena jika ia robek, tidak ada yang mau memakainya lagi.
Perempuan itu berharga. Perempuan itu tangguh, dalam kerapuhannya.
Aku tidak mengerti, apa mereka bodoh atau hanya pura-pura bodoh? Apa mereka tidak tahu bagaimana memperlakukan perempuan?
Ooh Goshhhhh.....
Perempuan itu adalah perhiasan di dunia ini. Dicari banyak laki-laki, bahkan sering diperebutkan. Tapi perempuan adalah perhiasan yang fragile, rapuh. Mereka makhluk terapuh yang pernah ada. Walau kadang mereka bersikap seolah-olah mereka tangguh, tegar, kuat dan tak tersakiti, tapi jangan tertipu, karena itu salah. Mereka bersikap seperti itu karena mereka rapuh tapi tak ingin dikasihani, hanya ingin dimengerti.
Maka perlakukanlah mereka dengan hati-hati, karena mereka perempuan,
begitupun aku, juga ibumu.
Lupakah kalian, laki-laki, bahwa kalian dilahirkan dari rahim seorang ibu?
Kau tahu, saat kau mulai dewasa dan mengenal perempuan lain selain ibumu,
saat kau berani sentuh hati lembut seorang perempuan dengan tangan kasarmu,
saat kau berani menggenggam tangannya terbang ke langit melihat luasnya dunia dan bersenang-senang menikmatinya,
saat itu lah harusnya kau tahu bahwa memperlakukan hati perempuan sama seperti memperlakukan sebuah kotak kaca berisi perhiasan berharga. Jaga ia jangan sampai dilepas dari genggamanmu, karena sekalinya kau lepas genggaman itu, hancur lah hatinya. Hancur lah hati perempuan. Hancur lah hati ibumu. Karena hati adalah bagian yang sangat peka pada perempuan.
Jika harus dianalogikan lagi, perempuan itu seperti uang kertas. Uang kertas tidak boleh robek, karena jika ia robek, tidak ada yang mau memakainya lagi.
Perempuan itu berharga. Perempuan itu tangguh, dalam kerapuhannya.
Senin, 18 Agustus 2008
Aku malu, malu pada MU...
Hari ini, aku membuka kembali pintu besar dan kokoh yang hampir terhalang cinta imortal pada hitam-putih-dunia. Pintu itu adalah jalan masuk ke rumah MU yang telah lama bersemayam dihatiku.
Awalnya aku tidak yakin, akankah KAU menerima kedatanganku lagi, tapi aku sudah merasa tak berarah tanpa MU hingga begitu membutuhkan MU menggenggam tanganku. Lalu aku beranikan diri. Aku berdiri di depan pintu indah dengan ukiran-ukiran suci dari huruf-huruf arab dan mencoba mengetuk pintu itu, tapi pintu itu terlanjur terbuka sebelum sempat bersentuhan dengan jari-jariku. Aku kemudian melangkahkan satu langkah pertamaku. Aku berhenti. Hatiku berdebat dengan fikiranku.
Aku malu, malu pada MU. Kesalahanku banyak, aku tahu. KAU mengingatkanku tapi aku tak mau tahu. Aku malu, malu pada MU. Aku telah begitu sombong dan angkuh berjalan di bumi ini. Aku malu, malu pada MU. Kini aku telah terima akibat perbuatanku, dan aku menyesal. Aku malu, malu pada MU. Akankah KAU maafkan aku?
Tapi aku tak punya tempat bersandar lain selain pada MU. Aku pejamkan mata dan mencoba beranjak lebih jauh lagi memasuki rumah MU, tapi belum aku mengangkat kaki kananku, aku merasakan seberkas sinar hangat memelukku. KAU menghampiriku.
Menghampiriku???
OH... Aku semakin merasa malu. Malu pada MU.
Sinar itu nyaman sekali, membelai kulitku yang bau dan kotor karena banyaknya kesalahan yang aku buat. Tapi, Kau tidak menghiraukannya. KAU malah semakin rapat mendekat, dan KAU berbisik lembut ditelingaku.
"AKU tidak pernah pergi. AKU selalu ada dimanapun, bahkan di hatimu. AKU ada dalam setiap diam dan gerakmu. AKU kirimkan malaikat-malaikatKU di depan dan belakangmu untuk menjagamu"
KAU tak pernah lupakan aku.
Lagi-lagi... Aku malu. Maafkan aku yang telah melupakan MU, maafkan aku yang terlau lama terlarut dalam nikmatnya dunia luar.
Kemudian KAU berkata,
"Wahai anak Adam, sesungguhnya jika kamu tidak berdoa dan memohon ampun kepada KU, AKU mengampunimu, AKU tidak peduli dengan dosa-dosa yang ada padamu. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai langit kemudian kamu memohon ampun kepada KU, AKU mengampunimu dan AKU tidak peduli banyaknya dosamu. Wahai anak Adam, jika kamu mendatangi KU dengan dosa sebesar bumi, kemudian kamu menjumpai KU dengan tidak menyekutukan AKU dengan sesuatu, AKU akan mendatangimu dengan ampunan sebesar bumi pula."
Aku hanya terdiam mendengar NYA. Aku tundukkan wajahku semakin dalam karena terlalu malu pada MU. Begitu banyak kesalahanku hingga seperti tak mungkin termaafkan, tapi, KAU tetap menerimaku kembali, KAU mengasihiku selalu. KAU maafkan aku. Aku sungguh malu, malu padaMU, ALLAH.
MAafkan aku, cinta MU lah yang nyata dan abadi. Cinta MU lah yang tak pernah mematahkan hati. ENGKAU lah satu, Tuhanku yang Tak Tersaingi.
AKU mencintaimu YA ALLAH...
Awalnya aku tidak yakin, akankah KAU menerima kedatanganku lagi, tapi aku sudah merasa tak berarah tanpa MU hingga begitu membutuhkan MU menggenggam tanganku. Lalu aku beranikan diri. Aku berdiri di depan pintu indah dengan ukiran-ukiran suci dari huruf-huruf arab dan mencoba mengetuk pintu itu, tapi pintu itu terlanjur terbuka sebelum sempat bersentuhan dengan jari-jariku. Aku kemudian melangkahkan satu langkah pertamaku. Aku berhenti. Hatiku berdebat dengan fikiranku.
Aku malu, malu pada MU. Kesalahanku banyak, aku tahu. KAU mengingatkanku tapi aku tak mau tahu. Aku malu, malu pada MU. Aku telah begitu sombong dan angkuh berjalan di bumi ini. Aku malu, malu pada MU. Kini aku telah terima akibat perbuatanku, dan aku menyesal. Aku malu, malu pada MU. Akankah KAU maafkan aku?
Tapi aku tak punya tempat bersandar lain selain pada MU. Aku pejamkan mata dan mencoba beranjak lebih jauh lagi memasuki rumah MU, tapi belum aku mengangkat kaki kananku, aku merasakan seberkas sinar hangat memelukku. KAU menghampiriku.
Menghampiriku???
OH... Aku semakin merasa malu. Malu pada MU.
Sinar itu nyaman sekali, membelai kulitku yang bau dan kotor karena banyaknya kesalahan yang aku buat. Tapi, Kau tidak menghiraukannya. KAU malah semakin rapat mendekat, dan KAU berbisik lembut ditelingaku.
"AKU tidak pernah pergi. AKU selalu ada dimanapun, bahkan di hatimu. AKU ada dalam setiap diam dan gerakmu. AKU kirimkan malaikat-malaikatKU di depan dan belakangmu untuk menjagamu"
KAU tak pernah lupakan aku.
Lagi-lagi... Aku malu. Maafkan aku yang telah melupakan MU, maafkan aku yang terlau lama terlarut dalam nikmatnya dunia luar.
Kemudian KAU berkata,
"Wahai anak Adam, sesungguhnya jika kamu tidak berdoa dan memohon ampun kepada KU, AKU mengampunimu, AKU tidak peduli dengan dosa-dosa yang ada padamu. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai langit kemudian kamu memohon ampun kepada KU, AKU mengampunimu dan AKU tidak peduli banyaknya dosamu. Wahai anak Adam, jika kamu mendatangi KU dengan dosa sebesar bumi, kemudian kamu menjumpai KU dengan tidak menyekutukan AKU dengan sesuatu, AKU akan mendatangimu dengan ampunan sebesar bumi pula."
Aku hanya terdiam mendengar NYA. Aku tundukkan wajahku semakin dalam karena terlalu malu pada MU. Begitu banyak kesalahanku hingga seperti tak mungkin termaafkan, tapi, KAU tetap menerimaku kembali, KAU mengasihiku selalu. KAU maafkan aku. Aku sungguh malu, malu padaMU, ALLAH.
MAafkan aku, cinta MU lah yang nyata dan abadi. Cinta MU lah yang tak pernah mematahkan hati. ENGKAU lah satu, Tuhanku yang Tak Tersaingi.
AKU mencintaimu YA ALLAH...
Minggu, 17 Agustus 2008
Life Goes On, Babe!!
Butuh helaan nafas panjang untuk sependapat dengan kenyataan....
dan life goes on, itu yang aku usahakan untuk dijalani.
Hidup ini heterogen. Aku sadari itu. Heterogen dengan keberagaman pengalaman dan perasaan yang menyertainya. Tapi kadang, adanya kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan keinginan membuatku sulit untuk ikhlas menerima.
Kadang aku berfikir, hidup ini terlalu sulit untuk aku jalani, tapi aku tahu, Allah tak akan mungkin memberi kesulitan itu tanpa alasan. Bagiku, semua cobaan ini adalah sebuah mata kuliah pendewasaan diri. Sebuah pelajaran yang mengajariku untuk bisa bersikap dan berfikir lebih matang. Ada ujian diakhir mata kuliah ini, dan aku hanya harus bisa menyelesaikannya sesuai batas kemampuanku. Hasilnya adalah kegagalan atau keberhasilan menata diri ini jadi lebih baik.
Kenyataan aku tidak bisa mengawali mimpiku untuk sekolah lebih tinggi lagi tahun ini harus aku terima, mau atau tidak, karena apa dayaku mengendalikan kenyataan? Aku hanya makhluk Tuhan yang tak punya kuasa sama sekali mengendalikan takdir. Mungkin, bukan saatku untuk meraih cita-cita itu.
dan Life goes on...
dan life goes on, itu yang aku usahakan untuk dijalani.
Hidup ini heterogen. Aku sadari itu. Heterogen dengan keberagaman pengalaman dan perasaan yang menyertainya. Tapi kadang, adanya kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan keinginan membuatku sulit untuk ikhlas menerima.
Kadang aku berfikir, hidup ini terlalu sulit untuk aku jalani, tapi aku tahu, Allah tak akan mungkin memberi kesulitan itu tanpa alasan. Bagiku, semua cobaan ini adalah sebuah mata kuliah pendewasaan diri. Sebuah pelajaran yang mengajariku untuk bisa bersikap dan berfikir lebih matang. Ada ujian diakhir mata kuliah ini, dan aku hanya harus bisa menyelesaikannya sesuai batas kemampuanku. Hasilnya adalah kegagalan atau keberhasilan menata diri ini jadi lebih baik.
Kenyataan aku tidak bisa mengawali mimpiku untuk sekolah lebih tinggi lagi tahun ini harus aku terima, mau atau tidak, karena apa dayaku mengendalikan kenyataan? Aku hanya makhluk Tuhan yang tak punya kuasa sama sekali mengendalikan takdir. Mungkin, bukan saatku untuk meraih cita-cita itu.
dan Life goes on...
what does he see in me???
Apa yang sebenarnya dia lihat dari aku?
Fisik? Kepribadian? Asal usul? Agama? Pendidikan?
"..."
Aku tidak sedang merendah, tapi jujur saja, tak ada yang istimewa dariku. Aku hanyalah gadis biasa yang biasa dan punya kehidupan biasa.
I'm not an extraordinary one,
I'm not a super cute girl,
I'm not also a genius person.
I'm just... me!
Tapi dia, dia adalah mimpi yang jadi nyata. Semua yang aku inginkan dalam diri seorang laki-laki ada padanya. Terlebih lagi, satu hal ini lah yang membuatku terpana, he is not a narrow-minded person. Buktinya, dia menyukaiku yang super ordinary ini dengan apa adanya.
"Seandainya ada yang bisa buat mu yakin adanya kita.. Tapi kita memang ada, walau tak terpecahkan logika, karena ini cinta, sayang. Bukan logika..."
Itu yang dia katakan suatu hari di bulan Oktober tahun lalu.
Waktu begitu cepat berlalu. Kini hampir dua tahun kita bersama. Banyak hal, banyak peristiwa, banyak suka dan canda, ada juga air mata. Perjalanan hati memang tak selalu mulus. Dan... Kita masih bersama. Kau dan aku masih bertahan walau semua orang ragu akan adanya kita. Isn't it great??
Fisik? Kepribadian? Asal usul? Agama? Pendidikan?
"..."
Aku tidak sedang merendah, tapi jujur saja, tak ada yang istimewa dariku. Aku hanyalah gadis biasa yang biasa dan punya kehidupan biasa.
I'm not an extraordinary one,
I'm not a super cute girl,
I'm not also a genius person.
I'm just... me!
Tapi dia, dia adalah mimpi yang jadi nyata. Semua yang aku inginkan dalam diri seorang laki-laki ada padanya. Terlebih lagi, satu hal ini lah yang membuatku terpana, he is not a narrow-minded person. Buktinya, dia menyukaiku yang super ordinary ini dengan apa adanya.
"Seandainya ada yang bisa buat mu yakin adanya kita.. Tapi kita memang ada, walau tak terpecahkan logika, karena ini cinta, sayang. Bukan logika..."
Itu yang dia katakan suatu hari di bulan Oktober tahun lalu.
Waktu begitu cepat berlalu. Kini hampir dua tahun kita bersama. Banyak hal, banyak peristiwa, banyak suka dan canda, ada juga air mata. Perjalanan hati memang tak selalu mulus. Dan... Kita masih bersama. Kau dan aku masih bertahan walau semua orang ragu akan adanya kita. Isn't it great??
Langganan:
Postingan (Atom)